Wednesday, April 20, 2011

Teka-Teki ‘Medan Magnet’ Purwokerto Terjawab

Aris Budiyanto, 48 tahun, seakan tak percaya. Motor yang dikendarainya mundur. Padahal jalan yang sedang dilaluinya menanjak. “Seperti ada yang menarik motor saya,” ujar warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Sumbang, Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa 19 April 2011.


Aris sendiri bukan warga Banjarsari. Ia sengaja dari desa lainnya karena penasaran melihat tayangan televisi. Dalam tayangan beberapa stasiun televisi disebutkan jalan tersebut mengandung medan magnet yang cukup kuat atau yang dikenal dengan jabal magnet.

Tak heran begitu tiba di tempat itu ia langsung mencoba. Dari percobaannya itu, ia merasa motornya sudah direm. Tapi bukannya berhenti, motor yang ditumpanginya justru berjalan mundur.

Aris tidak datang sendirian. Ratusan warga dari berbagai tempat di Banyumas ikut datang dan mencoba membuktikan fenomena itu. Jalan dengan lebar sekitar dua meter itupun menjadi macet.

Muhammad Aziz, Dosen Jurusan Geologi Fakultas Teknik dan Sains Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto mengatakan tidak ada medan magnet di tempat itu. “Itu hanya ilusi optik,” katanya.

Aziz mengaku sudah melakukan penelitian sederhana dengan kompas. Dari kompas yang dibawanya, menunjukan tidak ada medan magnet di tempat itu.

Selain itu, ia juga sudah melakukan pengukuran dengan Global Positioning System (GPS). Dari pengukuran itu, ia mengatakan tanah yang dikira jabal magnet seperti yang ada di Kota Madinan itu, berada di ketinggian 717 meter di atas permukaan laut.

Dari pengukuran sekitar 30 meter, kata dia, ada penurunan ketinggian tanah sekitar dua derajat. “Jadi mobil atau motor yang berhenti terang saja akan mundur karena tanahnya memang miring,” kata dia.

Ia juga sudah melakukan pengukuran dengan gauss meter. Alat ini digunakan untuk mengukur medan magnet. “Hasilnya tetap saja, tidak ada medan magnet di jalan ini,” imbuhnya.

Menurut Aziz, bebatuan di sekitar jalan memang mengandung magnet. Hal itu wajar, karena batuan di daerah itu merupakan jenis andesit lava dari material vulkanik Gunung Slamet. Daerah ini memang tepat berada di lereng Gunung Slamet.

Sukmaji, Dosen Fisika Fakultas Teknik dan Sains Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto membenarkan adanya fenomena ilusi optic di tempat itu. “Fenomena ini persis seperti di Gunung Kelud, tidak ada magnet di sini,’ katanya.

Ia menjelaskan, di sebelah jalan tersebut ada lembah yang ditanami rumput gajah. Di sisi yang lain, jalan berbatasan dengan tebing. Komposisi tersebut membuat mata tertipu karena adanya letak geografis yang kontras antara jalan dengan lembah.

Dalam percobaan sederhanaya, botol air mineral yang berisi air akan tergelincir. Padahal, kata dia, jika benar ada jabal magnet, botol air mineral tersebut tidak akan bergerak. “Ini hukum gravitasi biasa,” ujarnya.

Fenomena ini, bisa dijelaskan dengan melakukan percobaan menyorotkan senter ke dalam air. Air akan terlihat berbelok, padahal tidak. Demikian dengan ilusi optic di jalan itu, jalan kelihatan naik tapi ternyata menurun.

Ia menghimbau kepada masyarakat agar tidak memandang fenomena tersebut sebagai sesuatu yang mistis. “Ada penjelasan rasional dan ilmiah tentang fenomena ini, ini hal biasa saja,” imbuhnya.