Sunday, May 29, 2011

Benarkah Jalur Krian - Mojokerto Angker?

Krian dan Mojokerto adalah dua kota kabupaten yang akan Anda lalui jika berkendara dari Surabaya ke Jogja melalui jalur selatan. Jarak Surabaya - Krian + 20 kilometer, sedangkan Krian - Mojokerto + 35 kilometer. Pada jalur itu saya pernah mengalami suatu kejadian misterius yang hingga kini tak pernah saya lupakan.

Jalur Krian - Mojokerto (merah) yang konon angker itu
(sumber : Google Maps).

Awal Kisah

Ceritanya, sekitar tahun 1995 saya dan istri mendapat undangan pernikahan dari kerabat istri saya yang berdomisili di Jogja yang hendak menikahkan salah seorang putrinya. Mengingat hubungan kekerabatan tersebut cukup dekat, di samping karena saya juga sudah merindukan Jogja yang saya tinggalkan tahun 1992, maka saya dan istri memutuskan untuk berangkat. Tadinya saya ingin naik kereta api saja, tapi istri bersikeras untuk membawa mobil, karena khawatir di sana akan direpotkan masalah transportasi jika tidak membawa kendaraan sendiri. Walhasil, saya meminjam mobil adik saya, sebuah Citroen CX keluaran tahun 1990, tapi dibeli baru tahun 1994 seharga Rp. 16 juta.

Citroen CX seperti inilah yang saya pakai ke Jogja.

Mobil Tiba-tiba Mogok

Jam 4 sore, saya beserta istri dan anak saya (waktu itu masih berusia 5 tahun) berangkat ke Jogja. Ketika sampai di jalan raya Krian - Mojokerto, setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, tiba-tiba mesin mobil yang saya kendarai mati dengan sendirinya. Untungnya, mesin mati dalam keadaan mobil masih berjalan, sehingga saya punya kesempatan untuk mencari tempat aman yang agak longgar di pinggir jalan. Dipisahkan sebuah sungai kecil di pinggir jalan tersebut saya lihat beberapa rumah penduduk desa. Perlu diketahui, jalur Krian - Mojokerto termasuk jalur terpadat semenjak keluar dari Surabaya.

Jujur saja, saya tidak tahu banyak soal mesin. Terlebih mesin mobil Eropa. Parahnya lagi, baru kali itu saya mengendarainya! Hanya untuk membuka kap mesinnya saja saya butuh waktu 15 menit sampai ketemu tuas pembukanya. Dan begitu kap mesin terbuka, saya makin berkeringat dingin, karena konstruksinya yang berbeda dengan mobil-mobil Jepang kebanyakan.

Bersitegang

Sebelumnya, saya sudah cek indikator temperatur mesin dan tampak normal-normal saja. Tidak overheat. Bensinpun dalam kodisi penuh, karena baru diisi sekeluar dari Surabaya tadi. Beberapa kali saya coba starter, tapi mesinnya tak mau hidup juga. Dalam kondisi ini, saya sempat bersitegang dengan istri. Saya ingin batalkan saja perjalanan ke Jogja dan berniat mencari pinjaman telepon (waktu itu belum ada HP) ke rumah penduduk terdekat untuk meminta bantuan menderek mobil. Bahkan bila perlu saya akan terpaksa naik kendaraan umum ke kota terdekat (Krian) untuk mencari jasa penderekan mobil. Anehnya waktu itu, saya lihat jalanan agak sepi dari lalu-lalang kendaraan, sehingga istri saya punya kesempatan memaksa saya agar berusaha sebisa mungkin untuk menghidupkan mesin mobil itu. Saya sempat menggerutu waktu itu, “Sialan, giliran dibutuhkan, tak ada satu bus pun yang lewat!”

Mukjizat

Tiga puluh menit kemudian, setelah dilanda kepanikan, dongkol dan putus asa, terlebih karena hari makin gelap dan anak saya mulai rewel, saya coba untuk kesekian kalinya menstarter mesin dan ... hidup! Alhamdulillah. Tak henti-hentinya saya mengucap syukur kepada Allah SWT atas “mukjizat” itu. Tapi saya tak serta merta menjalankan mobil. Saya khawatir mogok lagi dan tidak tempat seaman di tempat semula. Saya biarkan menyala beberapa saat sambil sesekali memainkan gasnya.

Setelah yakin mobil tidak akan ngadat lagi, sayapun meneruskan perjalanan. Luar biasanya, dan untuk ini saya bersyukur, sampai di Jogja (hampir jam 12 malam) mobil berjalan lancar. Tak ada keluhan sama sekali. Baru kali itu juga saya rasakan kalau mengendarai Citroen ternyata nyaman sekali. Minim getaran dan goncangan! Bahan bakarnyapun tidak terlalu boros untuk ukuran mobil sebesar itu.

Bahkan, selama di Jogja 3 hari mobil itu saya pakai rekreasi ke Parangtritis dan Borobudur tak ada masalah. Hingga kembali ke Surabayapun, baik-baik saja.

Lalu Di Mana Letak Misterinya?

Nah, ini baru saya ketahui agak lama kemudian. Waktu itu, seperti biasa, saya ngobrol dengan teman kantor. Ngobrol ngalor ngidul, hingga akhirnya sampai pada pembahasan tempat-tempat angker. Kebetulan teman saya itu kelahiran Jombang berjarak + 1 jam perjalanan dari Mojokerto ke arah Jogja. Hampir satu bulan sekali dia ke Jombang untuk sekedar menjenguk ibunya di sana. Maka tak heran kalau dia kenal betul seluk beluk jalur Surabaya - Jombang yang notabene harus melalui jalur Krian - Mojokerto.

Menurut ceritanya, di jalur Krian - Mojokerto kerap terjadi kecelakaan misterius, misalnya mobil yang tiba-tiba selip dan bertabrakan dengan kendaraan lain yang berlawanan arah. Konon, pada hari-hari dan jam tertentu, biasanya sore, ada sebarisan gaib orang berseragam prajurit Majapahit menyeberang jalur itu. Konon kabarnya juga, kecelakaan terjadi tepat pada moment tersebut!

Seperti inilah kira-kira gambaran pasukan Majapahit (sumber : kaskus.us)

Saya terhenyak mendengar penuturan teman saya. Pikiran saya menerawang kembali pada kejadian waktu itu. Mesin mobil yang tiba-tiba mati dan hidup kembali tanpa saya melakukan apa-apa, jalanan yang sepi beberapa saat, benarkah karena fenomena itu? Atau semua itu hanya kebetulan semata? Ataukah ini sebuah misteri yang terkuak, tapi masih menyisakan misteri baru?

Wallahualam.

Yang jelas, saya tak pernah letih bersyukur kepada Allah SWT yang melindungi saya dan keluarga saya dari kesulitan dan memberi saya kesempatan untuk menceritakan semua ini kepada Anda. (jink)